Rabu, 17 Maret 2010

Laila Majnun 2

Re: Laila & Majnun (Novel Epos Nizhami)
Post by pecinta on Oct 24, 2007, 7:47am

Bulan demi bulan berlalu dan Majnun tidak menemukan
jejak Laila. Kerinduannya kepada Laila demikian besar
sehingga ia merasa tidak bisa hidup sehari pun tanpa
melihatnya kembali. Terkadang sahabat-sahabatnya di
sekolah dulu datang mengunjunginya, tetapi ia
berbicara kepada mereka hanya tentang Laila, tentang
betapa ia sangat kehilangan dirinya.

Suatu hari, tiga anak laki-laki, sahabatnya yang
datang mengunjunginya demikian terharu oleh
penderitaan dan kepedihan Majnun sehingga mereka
bertekad membantunya untuk berjumpa kembali dengan
Laila. Rencana mereka sangat cerdik. Esoknya, mereka
dan Majnun mendekati rumah Laila dengan menyamar
sebagai wanita. Dengan mudah mereka melewati
wanita-wanita pembantu dirumah Laila dan berhasil
masuk ke pintu kamarnya.

Majnun masuk ke kamar, sementara yang lain berada di
luar berjaga-jaga. Sejak ia berhenti masuk sekolah,
Laila tidak melakukan apapun kecuali memikirkan Qais.
Yang cukup mengherankan, setiap kali ia mendengar
burung-burung berkicau dari jendela atau angin
berhembus semilir, ia memejamkan.matanya sembari
membayangkan bahwa ia mendengar suara Qais didalamnya.
Ia akan mengambil dedaunan dan bunga yang dibawa oleh
angin atau sungai dan tahu bahwa semuanya itu berasal
dari Qais. Hanya saja, ia tak pernah berbicara kepada
siapa pun, bahkan juga kepada sahabat-sahabat
terbaiknya, tentang cintanya.

Pada hari ketika Majnun masuk ke kamar Laila, ia
merasakan kehadiran dan kedatangannya. Ia mengenakan
pakaian sutra yang sangat bagus dan indah. Rambutnya
dibiarkan lepas tergerai dan disisir dengan rapi di
sekitar bahunya. Matanya diberi celak hitam,
sebagaimana kebiasaan wanita Arab, dengan bedak hitam
yang disebut surmeh. Bibirnya diberi lipstick merah,
dan pipinya yang kemerah-merahan tampak menyala serta
menampakkan kegembiraannya. Ia duduk di depan pintu
dan menunggu.

Ketika Majnun masuk, Laila tetap duduk. Sekalipun
sudah diberitahu bahwa Majnun akan datang, ia tidak
percaya bahwa pertemuan itu benar-benar terjadi.
Majnun berdiri di pintu selama beberapa menit,
memandangi, sepuas-puasnya wajah Laila. Akhirnya,
mereka bersama lagi! Tak terdengar sepatah kata pun,
kecuali detak jantung kedua orang yang dimabuk cinta
ini. Mereka saling berpandangan dan lupa waktu.

Salah seorang wanita pembantu di rumah itu melihat
sahabat-sahabat Majnun di luar kamar tuan putrinya. Ia
mulai curiga dan memberi isyarat kepada salah seorang
pengawal. Namun, ketika ibu Laila datang menyelidiki,
Majnun dan kawan-kawannya sudah jauh pergi. Sesudah
orang-tuanya bertanya kepada Laila, maka tidak sulit
bagi mereka mengetahui apa yang telah terjadi.
Kebisuan dan kebahagiaan yang terpancar dimatanya
menceritakan segala sesuatunya.

Sesudah terjadi peristiwa itu, ayah Laila menempatkan
para pengawal di setiap pintu di rumahnya. Tidak ada
jalan lain bagi Majnun untuk menghampiri rumah Laila,
bahkan
dari kejauhan sekalipun. Akan tetapi jika ayahnya
berpikiran bahwa, dengan bertindak hati-hati ini ia
bisa mengubah perasaan Laila dan Majnun, satu sama
lain, sungguh ia salah besar.

Ketika ayah Majnun tahu tentang peristiwa di rumah
Laila, ia memutuskan untuk mengakhiri drama itu dengan
melamar Laila untuk anaknya. Ia menyiapkan sebuah
kafilah penuh dengan hadiah dan mengirimkannya ke desa
Laila. Sang tamu pun disambut dengan sangat baik, dan
kedua kepala suku itu berbincang-bincang tentang
kebahagiaan anak-anak mereka. Ayah Majnun lebih dulu
berkata, "Engkau tahu benar, kawan, bahwa ada dua hal
yang sangat penting bagi kebahagiaan, yaitu “Cinta dan
Kekayaan”.

(page 2)


Source : by pencinta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar